Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation). Tapi selain itu, ada pula metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda.
1. Metode Garis lurus
Aktiva tetap dalam akuntansi adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Jenis aktiva berwujud ini biasanya dibeli untuk digunakan dalam operasional dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aktivat tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Kecuali tanah atau lahan, aktiva tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan.
Pada umumnya, banyak perusahaan menggunakan dasar perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus karena dianggap mudah dan sederhana. Rumus perhitungan penyusutan metode garis lurus adalah sebagi berikut :
Harga Perolehan (harga beli) / (umur ekonomis x 12 bulan)
Misal :
Harga perolehan aktiva adalah Rp. 1.000.000,-
Umur ekonomis aktiva adalah 5 tahun
Maka perhitungan besarnya penyusutan aktiva per bulan adalah :
Rp. 1.000.000,- / (5 x 12)
= Rp. 1.000.000,- / 60
= 16666.666666666666666666666666667
2. Metode Saldo Menurun Ganda
Metode penyusutan saldo menurun ganda (double declining balance method) menghasilkan perhitungan beban penyusutan periodik yang semakin menurun selama estimasi masa manfaat aset tetap. Tingkat penyusutan metode saldo menurun ganda dihitung dengan menggandakan tingkat penyusutan metode garis lurus.
Sebagai ilustrasi, diasumsikan sebuah aset tetap memiliki masa manfaat selama empat tahun. Nilai perolehan aset sebesar Rp 10 juta dengan nilai sisa pada akhir tahun kempat sebesar Rp 1 juta. Maka depreciable cost atau biaya perolehan aset tetap yang dapat disusutkan adalah sebesar Rp 9 juta.
Tingkat penyusutan per tahun :
Tingkat penyusutan metode saldo menurun ganda
= tingkat penyusutan metode garis lurus X 2
= (1/4) X 2
= 25% X 2
= 50%
= tingkat penyusutan metode garis lurus X 2
= (1/4) X 2
= 25% X 2
= 50%
Untuk tahun pertama, biaya penyusutan diperoleh dengan menghitung biaya perolehan aset tetap dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun ganda. Contoh biaya penyusutan tahun pertama adalah sebesar Rp 10 juta dikalikan 50%, atau sebesar Rp 5 juta.
Setelah tahun pertama, biaya penyusutan per tahun diperoleh dengan menghitung nilai buku aset tetap, yaitu biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutan tahun bersangkutan, untuk kemudian dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun ganda. Contoh biaya penyusutan tahun kedua adalah sebesar (Rp 10 juta – Rp 5 juta) dikalikan 50%, atau sebesar Rp 5 juta dikalikan 50% atau sama dengan Rp 2,5 juta.
Th | Biaya Perolehan | Akumulasi Penyusutan pada Awal Tahun | Nilai Buku pada Awal Tahun | Tingkat Saldo Menurun Ganda | Penyusutan | Nilai Buku pada Akhir Tahun |
1 | 10.000.000 | 0 | 10.000.000 | 50% | 5.000.000 | 5.000.000 |
2 | 10.000.000 | 5.000.000 | 5.000.000 | 50% | 2.500.000 | 2.500.000 |
3 | 10.000.000 | 7.500.000 | 2.500.000 | 50% | 1.250.000 | 1.250.000 |
4 | 10.000.000 | 8.750.000 | 1.250.000 | - | 250.000 | 1.000.000 |
Catatan penting :
Berbeda dengan cara perhitungan metode garis lurus, pada proses perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode saldo menurun ganda, nilai sisa tidak diperhitungkan. Jadi biaya penyusutan tahun pertama adalah Rp 10 juta X 50%, bukan (Rp 10 juta – Rp 1 juta) X 50%.
Akan tetapi, pada tahun akhir, aset tetap tidak perlu disusutkan di bawah nilai sisa. Dalam contoh di atas, penyusutan tahun keempat adalah Rp 250.000 (nilai buku pada awal tahun – nilai sisa = Rp 1.250.000 – Rp 1.000.000 = Rp 250.000), bukan Rp 625.000 (Rp 1.250.000 X 50% = Rp 625.000).
Dalam contoh di atas, asumsi sederhana yang digunakan adalah bahwa aset tetap tersebut diperoleh dan digunakan mulai awal tahun pertama (1/Jan).
Contoh jika diasumsikan bahwa aset tetap mulai diperoleh pada 1/April :
Th | BiayaPerolehan | Akumulasi Penyusutan pada Awal Tahun | Nilai Buku pada Awal Tahun | Tingkat Saldo Menurun Ganda | Penyusutan | Nilai Buku pada Akhir Tahun |
1 (9/12) | 10.000.000 | 0 | 10.000.000 | 50% | 3.750.000 | 6.250.000 |
2 | 10.000.000 | 3.750.000 | 6.250.000 | 50% | 3.125.000 | 3.125.000 |
3 | 10.000.000 | 6.875.000 | 3.125.000 | 50% | 1.562.500 | 1.562.500 |
4 | 10.000.000 | 8.437.500 | 1.562.500 | - | 562.500 | 1.000.000 |
5 (3/12) | 10.000.000 | 9.000.000 | 1.000.000 | - | - | 1.000.000 |
3. Metode Angka - Angka Tahun
Konsepnya sama dengan metode saldo menurun, yaitu aktiva tetap masih baru jumlah depresiasinya besar, kemudian makin lama makin kecil.
Rumus = N (N+1)/2
Nilai sisa dapat digunakan dalam perhitungan.
Ilustrasi : PEMBELIAN AWAL TAHUN
CV. Bawal membeli mesin foto copy seharga Rp. 10.000.000 umur 4 tahun pada tanggal 3 Januari 2006.
Jawab :Jumlah angka tahun = 4+3+2+1 = 10
Depresiasi 2006 = 4/10 x Rp. 10.000.000 = Rp. 4.000.000
Jurnal pada akhir tahun 2006 :
D : Beban Depreasiasi- Mesin Foto Copy Rp. 4.000.000
K : Akumulasi Depresiasi- Mesin Foto Copy=====Rp.4.000.000
Depresiasi 2007 = 3/10 x Rp. 10.000.000 = Rp. 3.000.000
Jurnal pada akhir tahun 2007 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 3.000.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp. 3.000.000
Depresiasi 2008 = 2/10 x Rp.10.000.000 = Rp. 2.000.000
Jurnal pada akhir tahun 2008 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 2.000.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp. 2.000.000
Depresiasi 2009 = 1/10 x Rp. 10.000.000
Jurnal pada akhir tahun 2009 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 1.000.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp.1.000.000
Ilustrasi : PEMBELIAN TAHUN BERJALAN
Pada tanggal 19 Mei 2008, PT Belanak membeli Mesin Es Krim seharga Rp.24.000.000 dengan umur 4 tahun.
Depresiasi 2008 = 4/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.5.600.000
D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 5.600.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 5.600.000
Depresiasi 2009 = 4/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 4.000.000
3/10 x7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 4.200.000
Jurnal pada akhir tahun 2009 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 8.200.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 8.200.000
Depresiasi 2010 = 3/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 3.000.000
= 2/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.2.800.000
Jurnal pada akhir tahun 2010 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 5.800.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp 5.800.000
Depresiasi 2011 = 2/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000= Rp 2.000.000
= 1/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.1.400.000
Jurnal pada akhir tahun 2011 :
D: Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 3.400.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 3.400.000
Depresiasi 2012 = 1/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = 1.000.000
Jurnal pada tanggal 31 Mei 2012
D: Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 1.000.000K: Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim=== Rp.1.000.000
Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Depresiasi
http://www.resumeakun.com/2009/01/depresiasi-metode-angka-tahun.html