*ANALISIS
SENSITIVITAS (SENSITIVITY ANALYSIS)*
Merupakan
suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh2 yang akan terjadi akibat keadaan
yang berubah-ubah
Tujuan
Analisis Sensitivitas
:
1. Memperbaiki cara pelaksanaan proyek/bisnis
yang sedang dilaksanakan
2.
Memperbaiki design proyek/bisnis sehingga dapat meningkatkan NPV
3. Mengurangi resiko kerugian dgn menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus diambilProyek pertanian sangat
3. Mengurangi resiko kerugian dgn menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus diambilProyek pertanian sangat
sensitif
(berubah-ubah) akibat 4 hal, yaitu :
1. Harga Output (apabila penetapan harganya berbeda dengan kenyataan yang terjadi)
2. Keterlambatan pelaksanaan (keterlambatan inovasi teknologi, pemesanan dan penerimaan teknologi)
1. Harga Output (apabila penetapan harganya berbeda dengan kenyataan yang terjadi)
2. Keterlambatan pelaksanaan (keterlambatan inovasi teknologi, pemesanan dan penerimaan teknologi)
3.
Kenaikan Biaya
(Input) Umumnya proyek sangat sensitif terhadap perubahan biaya terutama biaya konstruksi
4. Hasil (memperkirakan hasil, gangguan hama/penyakit, gamgguan musim)
(Input) Umumnya proyek sangat sensitif terhadap perubahan biaya terutama biaya konstruksi
4. Hasil (memperkirakan hasil, gangguan hama/penyakit, gamgguan musim)
Perubahan
keempat variabel tersebut akan mempengaruhi komponen Cashflow (inflow ataupun
outflow) yang pada akhirnya akan mempengaruhi Net benefit dan mengubah kriteria
investasi
Cara
melakukan Analisis Sensitivitas
Kita memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut kita melakukan perubahan terhadap masalah yg dianggap penting pada analisis proyek & kemudian menentukan pengaruh perubahan tsb terhadap daya tarik proyek
Kita memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut kita melakukan perubahan terhadap masalah yg dianggap penting pada analisis proyek & kemudian menentukan pengaruh perubahan tsb terhadap daya tarik proyek
Sejumlah
nilai tersebut berdasarkan data-data yang tersedia (ada dasarnya)
Misalnya,
1. perubahan kenaikan biaya 10 persen karena ……
2. perubahan penurunan produksi sebesar 30 % karena hama penyakit,
3. Dll
Misalnya,
1. perubahan kenaikan biaya 10 persen karena ……
2. perubahan penurunan produksi sebesar 30 % karena hama penyakit,
3. Dll
Misalnya,
suatu proyek irigasi Jatiluhur
(000 juta rupiah)
(000 juta rupiah)
NPV proyek
irigasi pada DF 12 % adalah Rp 8.14 ribu juta rupiah
IRR = 20 + 5((0.29/(0.29-(-0.85))
= 21 persen
IRR = 20 + 5((0.29/(0.29-(-0.85))
= 21 persen
NPV pada DF
12 % = Rp 3.61 ribu juta
IRR = 15 + 4(1.45/1.66)
= 18 %
IRR = 15 + 4(1.45/1.66)
= 18 %
Atau dicari
sampai NPV = 0, Net B/C = 1 dan IRR sampai = Tk. DF yang digunakan
*ANALISIS BREAK EVEN POIN (TITIK IMPAS)*
1. Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana
perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita
kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama
dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan
biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan
biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan
sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan
memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan
biaya tetap yang harus di keluarkan.
2. Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas)
Analisis
Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana
pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang
akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat
membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan minimalyang harus
dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk
memperoleh keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar
perusahaan tidak menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga
jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
3. Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan
jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan,
dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini
biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan,
atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan
jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan
melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini
akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga.
Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel
Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang
sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed
cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi
bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau
volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.
4. Menentukan Break Even Point (BEP)
/ Titik Impas
• Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung
berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga perunit –
varibel cost perunit) (rumus 1)
Fixed Cost
BEP = = Rp.........(rumus 2)
Sales price/unit
1 – variabel cost/unit
Formulasi break even point yang dikembangkan:
Break even point adalah titik dimana perusahaan belum
memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even
Point dapat kita formulasikan secara sederhana sebagai berikut:
BEP -> TR = TC
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales,
Cost, Volume, Profit termasuk waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana
di atas sehingga menjadi lebih flexible dan bisa beradaptasi dengan situasi
yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear sederhana seperti
dibawah ini:
TR = TC
TR – TC = 0
Karena TR adalah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita
turunkan menjadi :
TR = Unit Price x Qty
Sedangkan TC stand for “Total Cost”, yang mana kita semua
tahu bahwa dalam Cost Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable
Cost” dan “Fixed Cost”, maka
turunan dari TC adalah:
TC = Variable Cost + Fixed Cost
Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:
TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost
Semua elemen yang ada sudah habis diturunkan, selanjutnya
membuat persamaan linear
secara penuh untuk kondisi “Break Even Point”:
TR - TC = 0
[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Determinasi
Elemen-Elemen Break Even Point
Setelah mempunyai formula, yang elemen-elemenya terdiri: Revenue
(R), Quantity (Qty), Unit Price, Variable Cost, Unit Variable Cost, dan
Fixed Cost.
selanjutnya adalah mendeterminasi (menentukan) masing-masing
elemen tersebut.
Revenue (R): adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur
biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales adalah jumlah terjual
(Qty=Quantity) dikalikan dengan unit price product yang akan terjual.
Quantity (Qty): adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam
perusahaan manufactur tentunya diproduksi terlebih dahulu.
Unit Price: adalah harga per unit dari barang yang akan dijual.
Variable Cost: adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu product
(barang), artinya segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang.
Seperti sebutannya “Variable Cost”, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product
yang akan diproduksi. Semakin banyak jumlah yang diproduksi semakin bedar juga
variable cost-nya, begitu juga sebaliknya. Jika kita lihat pada Laporan Laba
rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost of Good
Sales”, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku (Raw
Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan
Ovear Head Cost yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan
Mesin (Machineries) yang menggunakan unit production output, Maintenance,
Listrik (electricity), Pengiriman (Delivery & Services), dll.
Unit Variable Cost: adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk
membuat satu unit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi
total variable cost (Variable Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).
Fixed Cost: adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya
tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk
yang diproduksi. Dengan kata lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed
cost yang akan dibuat, costnya relative sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun
cost ini akan tetap terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative
stabil, tidak dipengaruhi oleh production output. Adapun jenis-jenis cost yang
terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional (Operating Expenses:
Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk
penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.
• Graphical Approach
Secara grafis titik break even
ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.
Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik
break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at
dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik
turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam
kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis
perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu,
yaitu:
• Fixed cost haruslah konstan
selama periode atau range of out put tertentu
• Variabel
cost dalam
hubungannya dengan sales haruslah konstan
• Sales price perunit tidak
berubah dalam periode tertentu
• Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT
(BEP) akan bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai
akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan
naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi
kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio
atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya
garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau
sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per
unit
Perubahan ini akan mempengaruhi
miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level
penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah
atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales
mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih
dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk
dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan
misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP
pun akan berubah.
5. Margin Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya
dengan analisis break even yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya
penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai
berikut:
M/S =
(Budget sales – BEP)/ Budget sales